TEMPO.CO, Jakarta – Mahalnya harga tiket pesawat masih banyak dibicarakan masyarakat, apalagi setelah Direktur Utama Garuda Indonesia mengusulkan kenaikan harga tiket pesawat karena mahalnya biaya operasional.
Kepala Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Mufti Mubarok, menolak gagasan tersebut dengan mengatakan kenaikan harga tiket akan membebani masyarakat.
“Harga tiket yang mahal akan membuat konsumen menjerit,” ujarnya pada tanggal 25.
Menurut Mufti, harga tiket sudah mahal sebelum adanya kenaikan. Ia berargumen bahwa maskapai penerbangan sering kali melanggar batasan tarif yang ditetapkan pemerintah tanpa sanksi tegas dari regulator.
“Biaya operasional yang tinggi menjadi alasan klasik maskapai menaikkan harga tiket,” imbuhnya.
Irfan Setiaputra, Direktur Utama Garuda Indonesia, sadar usulannya menaikkan tarif bisa memicu protes masyarakat. Ia mengimbau masyarakat tidak membandingkan harga tiket domestik dengan internasional, terutama dalam hal pelayanan.
Ia mencatat, pesawat terbang bukanlah alat transportasi utama, melainkan digunakan oleh kelompok tertentu yang terkadang mempunyai kepentingan tertentu. Ia berharap masyarakat bisa memahami bahwa pesawat itu mahal. “Hingga 30 persen biaya kami adalah bensin penerbangan, 30 persennya [aircraft] sewa dan 20 hingga 30 persen untuk pemeliharaan. Apakah anggaran pemeliharaannya harus nihil?” ujarnya pada Rabu, 22 Mei.
RIRI RAHAYU | AISYAH AMIRA WOKANG
klik disini dan dapatkan berita terkini dari Tempo di Google News
Quoted From Many Source